Pada malam sebelum KAA saya dalam keadaan sakit
dan hendak pergi ke dokter. Saya selalu pergi ke salah satu dokter yang berada
di jalan kalipahapo Bandung. Karena rumah saya berada di Bandung timur saya
harus melalui jalan Asia Afrika. Mau tidak mau saya yang merasa tidak enak
badan dan ingin cepat sampai di dokter malah harus merasakan suasana kota
Bandung yang padat malam itu.
Jalanan terasa ramai dan kemacetan dimana-mana.
Pusat kemacetan terjadi di daerah Asia Afrika. Karena saya dan keluarga tidak
ingat itu malam menjelang KAA saya pun tidak memilih jalan alternatif lain dan
terus menerobos kemacetan. Saya melihat sekitar jalan banyak orang yang
mengabadikan moment-moment bersejarah ini dengan berfoto bersama keluarga,
pacar dan teman
Hal ini
tidak aneh karena KAA diadakan setiap sepuluh tahun sekali, ini membuat
masyarakat sangat excited dengan acara KAA oleh karena itu banyak masyarakat
yang mengunjungi daerah gedung merdeka yang menjadi tempat dimana KAA
berlangsung. Apa lagi sekarang KAA dibuat berbeda oleh walikota kita Ridwan
Kamil yang merubah Bandung menjadi kota yang indah, bersih, kreatif tidak kalah
dengan kota-kota lain di negara lain.
Ridwan Kamil pun dinobatkan sebagai walikota
terbaik didunia. Saat saya melewati jalan Asia Afrika. Kota Bandung saat itu
terlihat indah yang dikelilingi lampu-lampu jalanan ditambah dengan pemandangan
bangunan tua khas bandung tempo dulu di daerah gedung merdeka. Di pusat kota
yaitu alun-alun bandung pun ramai karena banyak masyarakat yang mengunjungi
mesjid agung yang kini telah menjadi taman kota yang bersih dan indah.
Disekitar taman dipinggiran jalan pun dikelilingi kursi-kursi yang banyak
digunakan masyarakat untuk duduk dan nongkrong. Adapun air mancur yang dibuat
bapak walikota untuk masyarakatnya yang dihiasi lampu warna warni. Banyak orang
yang lalu lalang di jalanan ini, ada yang berfoto-foto bahkan sebagian mobil
ada yang berhenti hanya untuk mengabadikan moment bersejarah ini. Hal ini yang
membuat jalanan menjadi semakin macet.
Setelah melihat keramaian pusat kota bandung, menerobos
kemacetan yang padat dan banyak menghabiskan waktu dijalan karena KAA, saya
akhirnya sampai di dokter.
Pada puncak acara KAA pun suasana kemacetan
masih terasa, kali ini di daerah dago. Pada pagi hari sekitar pukul 08:00 saya
ada kegiatan BEM yang dilaksanakan di SARAGA, saya berangkat naik mobil
melintasi jalur supratman ke arah gasibu yang mulai terlihat padat tidak
seperti biasanya, jalanan padat merayap saya kira pada saat itu hanya karna car
free day dago sehingga berefek kemacetan.
Namun setelah sampai baltos kemacetan lebih
parah lagi, mobil yang saya kendarai tidak jalan sama sekali selama beberapa
puluh menit. Setelah ada polisi yang mengatur lalu lintas jalanan agak lancar.
Saya dan teman saya bertanya kepada polisi disekitar penyebab terjadinya
kemacetan ternyata selain ada car free day ada pula acara puncak KAA yang
bekerja sama dengan unpar. Karena penasaran setelah selesai acara BEM pada
malam hari saya pergi ke dago bersama teman2. Karena macet dan sulit untuk
parkir orang-orang pun berjalan dari daerah DU ke dago. Saya pun sampai di dago
dengan berjalan kaki, disana banyak stand-stand yang menjual berbagai macam
makanan, barang, dll.
Ada pun beberapa panggung untuk hiburan
band-band. Jalanan dago dihiasi lampu warna warni yang membuat pesta rakyat ini
semakin meriah. Ada pun bintang tamu yang hadir dalam pesta rakyat ini yaitu
seperti the dendis, naif dan maliq n d'essential. Saya menikmati lagu demi lagu
yang mereka bawakan hingga penghujung acara yang dimeriahkan lagi dengan pesta kembang
api. Karena acara ini sangat bagus dan banyak masyarakat yang antusias maka
acara ini menjadi acara rutin yang akan diadakan setiap tahunnya.
